Tak jauh beda dengan diving.
Keindahan surga bawah laut Wakatobi dapat dinikmati dengan puas dengan snorkeling.
Pasalnya, air laut Wakatobi sungguh sejernih air hujan yang dapat menguak semua
keindahan terumbu karang dan berbagai jenis ikan hias warna-warni dengan
beragam bentuk yang tinggal di dalamnya.
Lokasi lautan Wakatobi yang
berada di pusat segitiga terumbu karang dunia inilah yang menyebabkan, hampir
seluruh dasar laut adalah atol (karang) yang membuat air laut tidak keruh, namun
sebening kaca.
Banyak lokasi snorkeling yang
ditawarkan di Wakatobi. Pada kunjungan kami tiga tahun lalu, kami menikmati
wisata bawah laut dengan snorkeling. Waktu itu, kami tidak cukup berani untuk
diving karena itu adalah kunjungan kali pertama ke Wakatobi. Lagi pula,
snorkeling juga aman bagi yang tidak punya waktu lama, apalagi kalau jam
perjalanan pulang dengan menumpang pesawat tinggal hitungan jam. “Untuk mereka
yang habis melakukan diving, tdak boleh langsung naik pesawat. Minimal mereka
harus ada jeda satu malam, baru boleh naik pesawat,” ujar sang instruktur saat
itu.
Kami dibawa ke salah satu
lokasi snorkeling terbaik di dekat Pulau Hoga. Dari Wangi Wangi kami
menggunakan perahu longboat ditemani
dua instruktur diving dan seorang pengemudi perahu. Dibutuhkan waktu tempuh satu
jam untuk mencapainya. Kalau diingat, itu adalah perjalanan yang berani
mengingat kami mengarungi lautan luas hanya dengan perahu kecil, hanya saja
dengan pelampung yang kami kenakan, perjalanan pun senyaman seperti para ahli
melakukan yang melakukannya.
Kami sampai di pulau Hoga sebelum
snorkeling. Begitu kaki mendarat, hamparan pasir putih yang bersih merampok
kekaguman. Tampak di kejauhan bangunan rumah-rumah panggung dari kayu berseling
dengan pepohonan yang rindang. Asri dan menenagkan.
Lebih masuk ke dalam pulau,
tampak peralatan selam berjejer, juga
baju-baju menyelam yang sedang dijemur, juga berbagai peralatan lain yang
tersusun di kotak-kotak plastik. Pulau ini sepi, saat itu memang sudah masuk
waktu makan siang. Makin ke dalam barulah terdengar keributan dari bangunan
kayu yang rupanya adalah kantin.
Ketika sudah dekat, kami
hampir tidak menyadari kalau itu masih di Indonesia. Sebab, hampir semua orang
yang sedang makan dan bercanda adalah orang-orang asing berkulit putih berambut
pirang. “Mereka adalah para peneliti dari mancanegara,” ujar instruktur kami
yang menjadi guide selama berkeliling
Pulau Hoga.
Benar juga, tak ama kemudian
kami menjumpai satu bangunan dengan papan nama “HOGA ISLAND Marine Research
Station Wakatobi National Park”. Rupanya di pulau inilah pusat penelitian
kelautan yang kerja sama Kementerian Kehutanan dan Institut Wallacea berada.
Setelah kunjungan singkat itu
dirasa cukup, kami pun melanjutkan perjalanan ke lokasi snorkeling yang menjadi
tujuan utama. Sebelum meninggalkan Hoga, kami mengenakan peralatan snorkeling
yaitu alat pernafasan (snorkel), google (kacamata), dan fins (kaki katak).
Secara singkat juga di-briefing cara penggunaan alat tersebut.
Kapal pun berhenti di lokasi
yang telah ditentukan, kami pun takjub dibuatnya. Belum lagi nyemplung ke air,
kami sudah melihat keindahan terumbu karang dan ikan-ikan yang berseliweran di
bawah perahu. Padahal tempat itu cukup dalam, sekitar lima sampai 10 meter.
Namun seolah kami dapat meraih karang-karang di bawah itu.
No comments:
Post a Comment