Monday, June 17, 2013

Diving Gak Bisa Renang? Tak Masalah Tuh...


Keindahan karang bawah laut Wakatobi termasyhur hingga mancanegara. Tak heran, bila kemudian ada jargon “Belum ke Wakatobi jika belum melakukan diving atau sekadar snorkeling untuk melihat taman surga bawah lautnya”


Bagi pengunjung yang tidak bisa berenang, tantangan itu cukup menciutkan nyali. Jangankan menyelam di kedalaman air laut

yang melimpah. Untuk memandangi permukaannya saja, kecil hati ini dibuatnya, dalamnya laut siapa yang tahu? Bayangan panik berada di kedalaman laut dan kejadian yang tak terduga menjadi hantu yang dapat mengalahkan keinginan untuk memecah jargon di atas.

Yang tidak bisa berenang, tak perlu khawatir. Sebab dua aktivitas yang bisa membawa kita melihat keindahan taman karang di kedalaman laut ini tidak menuntut seseorang pandai berenang. “Yang penting adalah berani!” tegas Master Diving dari Patuno Dive Center, Amir (38) yang kami temui saat mendaftar diving yang akan kami coba  untuk kali pertama ini.

Di ruang kantornya yang terletak di samping Restoran Patuno, resort di mana kami menginap selama kunjungan ke Wakatobi, kami mendaftar dengan mengisi formulir yang menyatakan berani menanggung segala risiko bila terjadi sesuatu selama mengikuti diving, riwayat penyakit yang cukup membahayakan seperti jantung, asma, atau nerves dan panik yang berlebihan. Namun, bila jawabannya ‘tidak’. Proses pendaftaran itu pun selesai. Petugas hanya memastikan apakah kami sudah cukup mendapatkan sarapan karena aktivitas di air akan menguras energi.

Setelah memilih pakaian khusus diving sesuai ukuran dan model, juga kaki katak, kami pun dipersilakan siap-siap. Petugas akan menjemput kami di kamar dan mengantar ke tempat diving untuk pemula yakni dermaga Sombu yang memakan perjalanan bermobil sekitar  15 menit dari resort.

Pagi itu, selain kami bertiga, ada dua divers lain yang memang datang ke Wakatobi khusus untuk menyelam. Catharina turis dari Belgia yang sehari sebelumnya datang bersamaan dengan pesawat yang kami tumpangi. Juga Ika, wanita pengusaha yang sedang ada urusan bisnis di Kendari. Secara khusus, dia mampir ke Wakatobi demi melihat keindahan  biota laut di pusat segitiga terumbu karang dunia ini. Keduanya  telah lebih dulu berangkat ke Sombu. Dan ketika kami sampai di kapal, kedua wanita ini telah menceburkn diri ke laut.

Turun dari mobil di dermaga, kami disambut kapal perahu longboat ukuran sekira sepuluh meter, yang akan membawa kami bertiga yang didampingi Amir ke kapal kayu yang tampak terapung di tengah laut. 

Setibanya di kapal kayu, kami dikenalkan kepada awak kapal dan seorang master diving lain yang akan mengawal kami menyelam, Sabar (27). Tanpa buang waktu, kami diminta untuk mengenakan baju diving yang sudah disiapkan terlebih dahulu di kapal. Kemudian Amir mem-briefing kami tentang peralatan dan tata cara penggunaan alat diving. Terpenting, bagi kami yang baru kali pertama menyelam adalah mlakukan pernafasan dengan menggunakan tabung oksigen. “Kita tidak menghirup nafas dengan hidung, melainkan dengan mulut untuk menarik dan mebuang nafas,” ujar Amir.

Amir menjelaskan, kita akan perlahan melakukan latihan sampai kami bisa, yaitu mencoba alat pernafasan melalui oksigen, sejak di kapal dan membiasakan menggunakannya di air. Setelah itu, kami dikenalkan dengan peralatan yang menempel di jaket pelampung. Selain tabung okisgen dengan selang dan respirator, ada kacamata atau google yang harus dikenakan. Kami juga diajari cara mengatasi masalah jika kacamata kita masukan air saat berada di kedalaman laut. Yakni cukup dengan menengadahkan kepala, menekan bagian kening dan mengembuskan napas kuat-kuat melalui hidung.

Masalah lain yang kemungkinan bakal terjadi adalah tekanan pada telinga saat kita kita masuk kedalaman tertentu. Untuk mengatasi itu, kita diajari untuk melakukan penyeimbangan dengan cara membuang udara yang menyumbat telinga. “Sama seperti saat kita naik pesawat. Telinga akan terasa ada yang ngeblok biasanya kita bisa menelan ludah. Tapi kalau dalam kondisi penyelaman ini kita bisa melakukan cara tarik napas kemudian pencet hidung dan hembuskan ke arah telinga,” kata Amir, penyelam lokal yang telah bergabung sejak Patuno Dive Center berdiri pada sektar 2009 lalu.

Sedangkan untuk tenggelam dan mengapung di air, baik Amir dan Sabar mengatakan, tak perlu khawatir. “Ada selang dengan dua tombol untuk menggembungkan dan mengempiskan pelampung. Namun itu kalian gak usah khawatir  kami yang akan mengendalikan,” terang Amir.

Apalagi Amir menjamin, semua pemula, bahkan yang tak bisa berenang pun dipastikan dapat melakukan penyelaman sama halnya seorang master. “Itu bisa dipastikan dengan foto-foto yang nanti akan kita buat,” ujarnya.

Memang untuk menyerap pengetahuan baru dalam waktu sepuluh menit agak menyelipkan panik di hati. Namun, karena keyakinan dua master dive yang cukup meyakinkan, keraguan pun berubah menjadi penasaran. Hingga akhirnya kami bertiga diajak terjun ke lautan yang dangkal untuk melatih cara bernapas di air.


Namun apa yang terjadi? Byurr... begitu badan dan kepala kita tenggelamkan, bernapas dengan mulut ternyata tidak sesulit seperti yang tadi dipraktikkan di atas perahu. Dan, subhanallaah.... begitu melihat terumbu karang yang cantik, rasa penasaran mengalahkan ketakutan yang sebelumnya dibayangkan. Hingga tak terasa satu jam lamanya kami bertiga menyusuri tebing-tebing di dasar laut, menikmati keindahan terumbu karang yang masih hidup dan ikan-ikan yang warna-warni. Kendati kami hanya menyelam di kedalaman 5 meter, kami puas. Setidaknya foto-foto membuktikan kami pernah menyelam seperti ikan yang bebas di lautan. (*)


No comments:

Post a Comment