Wednesday, May 6, 2015

Permata Tersembunyi Mamuju Utara

Jawaban yang janggal dan ragu-ragu didapat, saat saya lontarkan pertanyaan tentang potensi wisata di Kabupaten Mamuju Utara.


Pantai Tanjung, masyarakat menikmati indahnya sunset sambil makan durian Pasangkayu yang legit dan mereguk segarnya air kelapa.


Pantai Batu Oge. Tempat ini konom menjadi pendaratan pertama calon penduduk Mamuju Utara.

Terlalu umum, yaitu pantai tanpa menyebutkan nama yang lebih spesifik. Namun, keraguan itu segera terjawab ketika kami berkunjung langsung ke Mamuju Utara dan melihat sendiri potensi luar biasa yang seharusnya bisa mendatangkan devisa bagi  kabupaten yang baru dimekarkan 11 tahun lalu dari Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat.

Secara geografis Mamuju Utara lebih dekat bila ditempuh dari Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, hanya sekira 2 jam perjalanan. Sedangkan dari Mamuju yaitu Ibukota Provinsi Sulawesi Barat, Mamuju Utara (Matra) yang beribukota di Pasangkayu ini memakan waktu hingga 4 jam perjalanan darat.

Berbekal rasa penasaran, saya dan Sigit, rekan fotografer, dari Jakarta pun langsung mengeksplorasi lokasi-lokasi wisata yang menurut Pak Agus Ambo Djiwa yang juga Bupati Kabupaten Mamuju Utara , belum resmi menjadi daerah tujuan wisata. “Tanah sempadan di seluruh pantai di sini adalah milik penduduk, kami belum bisa mengelolanya,” ujarnya.


Ki-Ka : Sigit Purwanto (Fotografer), Aleashadewi (Presenter), Agus Ambo Djiwa (Bupati Mamuju Utara), Titi Kusrini (blogger)

Alasan itulah yang  menyulitkan pemerintah daerah langsung ambil alih tanpa pembebasan lahan. Sehingga sektor pariwisata belum menjadi produk unggulan kabupaten yang  berulang tahun ke-11 pada 18 April 2014 itu.

Destinasi pertama yang kami tuju adalah Pantai Tanjung yang berada di Pasangkayu, Lokasinya tidak jauh dari pusat kota. Hanya sepuluh menit mengendarai mobil dari rumah jabatan bupati di mana kami menginap. Kebetulan saat itu matahari sudah mulai menggelincir ke Barat, kami berharap dapat memotret sunset di pantai ini.

Pasangkayu sebelum dimekarkan adalah sebuah desa yang dihuni oleh transmigran. Tak heran jarak rumah penduduk pun tak serapat desa-desa di Jawa. Di sini sedang terjadi proses transformasi sebuah desa menjadi ibukota kabupaten. Beda dengan masyarakat pedalaman yang rata-rata lahan ditanami sawit, pemandangan di wilayah pesisir adalah pohon kelapa yang tinggi menjulang.

Setibanya di Pantai Tanjung, tampak anak-anak remaja sedang bercengkerama dengan air laut. Perasaan damai langsung menyergap saat mata memandang berkeliling. Pantai yang langsung menghadap Selat Makassar itu menyajikan gelombang yang tenang. Mengantarkan semilir angin sore yang langsung menerpa wajah kami.

Menunggu sunset di Pantai Tanjung menjadi semakin mengasyikan, ketika durian hutan menjadi teman kami ngobrol. Durian di Pasangkayu tidak semahal di Jakarta, di sini durian hanya dihargai Rp 1.000. Bahkan bila mau mencarinya di hutan, durian itu tinggal memungut karena tidak ada pemilik yang mengambilnya. Kendati harganya murah, durian-durian ini sangat lezat. Hampir setiap butir yang dibuka menawarkan rasa yang berbeda, mulai dari yang sangat manis, legit, hingga yang manis pahit dengan kandungan alkohol yang tinggi.

Saat durian-durian itu habis matahari pun mulai tenggelam, kamera pun mulai beraksi merekam pemandangan menakjubkan. Cahaya merah jingga pun menebarkan pemandangan mistis yang mengagumkan.


Makan durian Pasangkayu yang legit di Pantai Tanjung


Pantai Batu Oge

Pantai lain yang menjadi satu lokasi yang sering dikunjungi masyarakat Mamuju Utara saat hari Sabtu Minggu atau saat liburan adalah Pantai Batu Oge di Desa Batu Oge, Kecamatan Pedongga.

Di tempat ini sudah dibangun saung-saung tempat beristirahat di antara rerimbunan pepohonan bakau yang sudah berusia sangat tua. Dahan dan akar seukuran paha manusia melintang tak beraturan. Di dahan-dahan itulah wisatawan dapat rebahan menikmati semilirnya angin.

Tampak menjorok ke dalam laut, adalah bongkahan karang yang tajam dengan goresan ukiran angin dan air laut. Bentuknya yang tak beraturan menunjukkan betapa lama karang tegar itu tergores di tepi pantai.

Konon, pantai ini adalah tempat pendaratan manusia pertama yang menemukan wilayah Pasangkayu hingga akhirnya mereka bermukim dan menjadi penduduk asli di wilayah tersebut. 

Di terik matahari yang cukup panas itu, air kelapa muda dengan serutan gula merah menjadi sajian khas yang membawa angan kita melayang ke tempat-tempat wisata pantai di Indonesia.


Bicara wisata pantai, Indonesia memang tempatnya. Kami pun yakin, pantai-pantai di Mamuju Utara ini bakalan termasyhur dan menjadi tujuan yang paling diburu wisatawan baik dari Indonesia maupun mancanegara. Sama dengan destinasi lain seperti Bali, Raja Ampat, maupun Wakatobi. Semoga. (*)


Bagaimana Menuju ke Sana?

Panduan ini adalah saat kami berkunjung pada Maret 2014
·        Dari Jakarta ada dua maskapai penerbangan yaitu Garuda dan Lion yang melayani rute ke Jakarta – Palu atau Jakarta-Makassar-Palu
·        Penerbangan lain seperti Merpati, Sriwijaya Air, Express Air melayani penerbangan dari dan ke Balikpapan, Luwuk, dan Toli Toli menuju Palu.


Transportasi Darat
Di bandara Mutiara Palu Anda bisa menyewa kendaraan dengan tarif per hari antar Rp400.000-Rp500.000.

Akomodasi
Di Pasangkayu, Ibukota Kabupaten Mamuju Utara terdapat beberapa akomodasi hotel yang cukup memadai seperti hotel Blok M, Hotel Multazam, Hotel Trisakti, dan hotel Mutiara.

Hotel-hote tersebut dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti Springbed (double, single), AC/kipas angin, TV, lemari pakaian, air dingin/panas, dan breakfast. Rata-rata tarif mulai Rp100.000-Rp300.000.
Untuk bed tambahan dikenakan Rp15.000 – Rp35.000.

No comments:

Post a Comment