Pagi itu rombongan Humas KPDT bergegas dari Bukittinggi menuju ke Pesisir Selatan (Pessel). Berangkat lepas subuh, rombongan pun tak sempat sarapan di The Hills di mana kami menginap. Rencananya, rombongan kecil ini akan mampir di jalan untuk makan pagi sebelum meeting dengan Pemda Pessel untuk rencana KPDT Expo yang bakal dihelat di Pantai Carocok pertengahan April nanti.
Menjelang kota Padang, setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam, perut pun mulai menagih untuk diisi. Sepanjang jalan tak terlihat adanya kerumunan yang menandakan orang berjualan sarapan, karena memang kami tidak tahu tempatnya dan karena diburu waktu, kami pun tetap berjalan menyusuri Jalan Raya Padang – Pessel sembari melihat-lihat warung makan yang buka.Hingga tak jauh dari pelabuhan Teluk Bayur, kami melihat warung makan sederhana “Ni Wen” yang rupanya banyak dikunjungi para pencari sarapan pagi.
Ini memang warung rumahan, hidangan yang disajikan pun sama persis dengan makanan yang disajikan di rumah-rumah orang Padang. Gulai pakis, rendang, balado ikan, balado telur, dan makanan khas Padang lainnya. Di tengah kegaluan memilih menu Padang yang bersantan, pedas , dan tentu saja agak berat untuk pilihan sarapan pagi. Tiba-tiba si pemilik warung menawarkan bubur kampiun.
“Aha… menu ini yang harus dicoba!” Bubur kampiun memang khas dari Ranah Minang, orang Padang menyebutnya bubua kampiun. Hampir setiap tempat di Sumatera Barat bisa dijumpai bubur kampiun, dengan campuran bahan yang terkadang beda. Biasanya bubur kampiun untuk sarapan, tetapi pada bulan Ramadan dijadikan santapan berbuka yang manis dan legit.
Entah siapa yang menemukannya, bubur kampiun ini terdiri dari aneka bubur yang dicampur menjadi satu. Barangkali yang menemukan dulunya adalah orang iseng yang mencampur beberapa jenis bubur ke dalam piringnya, dan ternyata hasilnya bubur yang enak.
Bubur kampiun Padang ini biasanya campuran dari bubur sum-sum, bubur kacang hijau, bubur ketan hitam, bubur candil, kolak ubi, kolak pisang, ketan putih yang dikukus, ada kolak labu, dan bubur delima (bubur merah putih dari tepung kanji). Anehnya, ‘persatuan' bubur ini hasilnya enak dan memanjakan lidah.
Dilihat dari namanya boleh jadi bubur ini adalah buburnya the champion. Karena kelezatan rasanya membuat sesorang seolah menjadi pemenang karena puas dengan cita rasa bubur kampiun yang dihidangkan.
Sarapan bubur kampiun di warung Ni Wen, menjadi pilihan tepat. Tidak terlalu mengenyangkan, tapi cukup memberikan pengalaman lidah untuk mencicipi berbagai rasa manis, asin, dan gurih dalam satu sajian. Usai sarapan rombongan pun bergegas menuju Kantor Bupati Pessel.
*Posting yang tertunda ini bisa dibaca di Majalah JELAJAH KPDT Edisi Februari 2013
No comments:
Post a Comment