LIBUR Nyepi bagi umat Hindu memberikan kami bonus libur sehari. Meski papanya tetap masuk karena sudah libur sehari sebelumnya, anak- anak bersemangat mengajak liburan Jumat ini berkunjung ke Kebun Binatang Ragunan. Menuruti keinginan itu sedari pagi kami bersiap setelah kita bangun.
Di sepanjang perjalanan, celoteh anak-anak tak henti membayangkan bakal ketemu macam-macam binatang kesayangan mereka terutama gajah dan kuda.
Parkir di dekat pintu masuk Barat, kami membayar tiket yang cukup murah Rp 29 ribu untuk mobil dengan empat penumpang dewasa dan satu anak-anak. Mulai dari pintu masuk si bungsu cengar cengir karena sudah dirayu tukang foto amatir, merasa dirinya prencess yang sedang berkunjung ke tempat penting....
Anak-anak pun senang, binatang pertama yang menyambut adalah gajah favorit mereka, meski hanya satu di kandang yang begitu besar, dan andong yang ditarik dengan kuda!
"Lumayan juga wisata murah di Ragunan ya Ma," ujar si sulung. Aku hanya senyum simpul menanggapinya.
Ragunan seluas 140 hektar yang ditumbuhi sekira 50.000 pohon ini memang sejuk dan menyegarkan buat jalan-jalan.
Namun sebagai sebuah kebun binatang, tempat ini agak mengecewakan. Karena apa? Satwa yang menghuni tempat itu, kurang menonjol, malah menjadi penghuni minoritas di sana. Sebanyak satwa yang terdiri atas 292 spesies dengan sejumlah 4040 spesimen ternyata agak sulit untuk ditemukan.
Bahkan di kandang burung terlihat beda penghuni. Seperti di kandang burung Jalak Kerbau, di dalamnya malah terlihat seekor ayam jago..... Hmmmm
Semangat untuk berkeliling pun surut, apalagi di dua tempat kami temukan ular besar yang melingkar yang dijual sebagai objek foto oleh para pedagang, sepertinya bukan petugas resmi Ragunan. Nah!
Akhirnya kami putuskan masuk ke Pusat Primata Schmutzer. Lagi-lagi kami pun hanya menemukan sedikit primata di sana. "Barangkali mereka pada berteduh yaaa atau lagi makan," hibur si Sulung yang masih teringat, sewaktu dia usia limaan tahun pernah diajak ke tempat ini dan melihat banyak primata di situ.
Puas berkeliling dan beruntung menemui seekor anak primata yang sedang bercanda dengan mama papanya, kami pun keluar.
Si kecil yang sudah kecapekan mulai berulah, dia menangis minta gendong. Demi memuaskan rasa penasaran, kami pun naik andong yang ditarik kuda berkeliling. Tapi ternyata satu putaran itu tidaklah lama. Turun dari andong, saya bertanya ke Papa yang tak bisa naik karena andongnya hanya muat buat kami berempat, berapa tiketnya? "Limabelas ribu," jawabnya. Oo..... Muraaaah banget. Pantesan kelilingnya cuma sebentar....